Minggu, 17 Juni 2012


                                         “Moral Kendor, Pendidikan Molor (tidur)”

Di Era Global ini moral bangsa Indonesia tidak semakin baik tetapi malah “Kendor”. Ini  terbukti dengan  semakin banyaknya penyimpangan nilai – nilai yang ada di sekitar kita. Sebagai  contoh adalah banyaknya kasus 63 pelajar di Mojokerto hamil di luar nikah, 62 % pelaku aborsi anak di bawah umur, Di Jombang (Jawa Timur), seorang siswa Sekolah Dasar berinisial BS tertangkap membawa puluhan butir pil koplo ke sekolah, pada hari Kamis tanggal 19 Maret 2009, data Kementerian Kominfo, Pengakses dari kalangan siswa SMP mencapai 4.500 pengakses, sedangkan 97,2 persen siswa SMU tidak kalah lagi di Bali Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 yang dilakukan oleh BPS menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen.
Semua itu tidak lain disebab kan oleh beberapa faktor Pendidikan yang molor  (tidur). Seperti Pendidikan formal maupun informal (keluarga). Pendidikan formal seperti sekolah hanya mementingkan kecerdasan kognitif saja. kecerdasan kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Tanpa mengajarkan kecerdasan afektif. Kecerdasan afektif adalah  kecerdasan yang dilakukan melalui sikap, emosi, minat, nilai hidup dan operasi siswa. Sebagai contoh adalah Sekolah hanya mengajarkan teori    teori saja seperti  Matematika, Sains, Bahasa dan lain sebagainya. Namun Sekolah tidak mengajarkan bagaimana menyelesaikan persoalan dalam kehidupan. Jangan heran ketika siswa- siswi yang nilai mata pelajaran Kimianya bagus,  namun tidak bisa jika di suruh membuat pupuk. Bahkan ketika pelajaran PKN (Pendidikan Kewarganegaraaan) banyak siwa – siswi yang tidak memperhatikan pelajaran ini bahkan ada yang tidur atau main HP sendiri, Padahal di dalam pelajaran PKN itu terdapat sejarah – sejarah Bangsa Indonesia yang bisa membangkitkan semangat Nasionalisme.Dan lebih parahnya Sekolah hanya menghimbau agar siswa - siswi bisa lulus UAN dengan nilai yang baik atau bahkan nilai yang sempurna tanpa memikirkan cara – cara apa yang harus di tempuh dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pendidikan informal ( keluarga ) juga demikian,  para orang tua setiap anaknya pulang sekolah mereka selalu bertanya “Berapa nilai matematika mu nak  ?”. Tanpa mereka menanyakan “Kebaikan apa nak,yang hari ini engkau lakukan?”. Dan sering kali anak di ajarkan berbohong ketika Tetangganya datang ke rumah untuk meminta uang arisan atau meminta hutang kepada ibunya, ibunya menyuruh anaknya untuk mengatakan kepada tetangganya tersebut bahwa ibu sedang pergi atau dengan alasan yang lainnya. Tidak hanya itu saja orang tua lebih mementingkan memasukkan anaknya mahal – mahal di Bimbingan Belajar untuk mendapatkan nilai yang baik daripada menyekolahkan anaknya belajar mengaji di TPA (Tempat Penitipan Anak) atau TPQ (Tempat Pendidikan Qur’an). Kalau sudah lelah pulang dari les, biasanya si anak langsung tidur dan tidak mau belajar yang lainnya lagi.
Tidak hanya pendidikan formal dan informal saja yang mewarnai pendidikan di Indonesia namun juga terdapat pendidikan nonformal atau pendidikan dalam masyarakat. Jika lingkungan masyarakat itu cenderung baik, maka akan mempengaruhi perkembangan anak. Karena lingkungan masyarakat akan memberikan pengaruh yang sangat berarti dalam proses pembentukan kepribadian anak. Anak akan memperoleh pengetahuan yang lebih dalam di masyarakat di bandingkan di sekolah. Namun tidak berarti lingkungan masyarakat itu selalu baik. Jika lingkungan masyarakt itu buruk, itu juga akan mempengaruhi perkembangan anak, anak akan menjadi buruk pula. Baik dan buruknya suatu lingkungan masyarakat pasti akan mempengaruhi perkembangan anak.
Sehingga untuk memperbaiki moral anak bangsa yang kendor dibutuhkan lingkungan pendidikan yang pendukung. Artinya lingkungan formal, informal dan nonformal harus seimbang dan saling bekerja sama dengan baik agar tujuan pendidikan tersebut bisa secara utuh dapat dicapai dengan optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar