Jumat, 13 April 2012

SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA DARI ZAMAN PENJAJAHAN HINGGA REFORMASI

2.1       SISTEM PENDIDIKAN PRA KEMERDEKAAN (MASA PENJAJAHAN)
2.1.1    PENDIDIKAN PADA ZAMAN PENJAJAHAN BBELANDA
Penelusuran Kebijakan pendidikan di zaman Belanda dibagi dalam 4 periode besar berdasarkan pemerintahan yang berkuasa pada masa tersebut. Periode yang pertama adalah periode awal Belanda menginjakkan kakinya di bumi nusantara dan  mendirikan VOC; periode yang kedua adalah masa pemerintahan Hindia Belanda yang menggantikan VOC yang tumbang karena kebangkrutannya; periode yang ketiga adalah masa pemerintahan Inggris yang berlangsung sangat singkat tetapi berandil besar dalam kemunduran pendidikan di bumi nusantara; periode yang keempat adalah kembalinya kekuasaan di bumi nusantara ini pada pemerintahan Hindia Belanda hingga berpindah tangan pada pemerintahan Jepang. Pada pemerintahan Hindia Belanda yang termasuk dalam empat periode besar tersebut, periodisasinya dibagi lagi dalam sub-sub yang telah kecil berdasarkan masa pemerintahan Gubernur Jenderal pada masa tersebut.

1.      Zaman VOC (1596-1799)
Kondisi pendidikan di zaman VOC bertujuan sebagai misi keagamaan (Protestan), bukan sebagai misi intelektual, adapun tujuan lainya adalah untuk menghasilkan pegawai administrasi yang rendah dan tenaga kerja murah yang terlatih dari kalangan penduduk pribumi di pemerintahan dan gereja. Kurikulum pendidikannya berisi pelajaran agama Protestan, membaca dan menulis. Kurikulum pendidikannya  belum bersifat formal (belum tertulis),dan lama pendidikannya-pun tidak ditentukan dengan pasti. Murid-muridnya berasal dari anak dari golongan pegawai,sedangkan anak dari golongan rakyat jelata tidak diberi kesempatan untuk sekolah. Pada awalnya yang menjadi guru adalah orang Belanda.Kemudian yang menjadi guru digantikan oleh penduduk pribumi, yaitu mereka yang sebelumnya telah dididik di Belanda.
2.      Zaman Pemerintahan Belanda (1799-1811)
Setelah Portugis dihalau oleh Belanda, tidak ada dorongan yang mendesak untuk meluasakan Kristenisasi. Kristenisasi pada masa tersebut adalah untuk memberantas mengaruh Portugis semata. Pada masa tersebut pendidikan mulai memperoleh perhatian yang relatif maju dari sebelumnya. Beberapa prinsip yang diambil pemerintah Belanda diambil sebagai dasar  kebijakannya di bidang pendidikan antara lain:
1)      Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu agama tertentu.
2)      Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak didik kelak mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan kolonial.
3)      Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial,khusus-nya yang ada di Jawa.
4)      Pendidikan diukur dan diarahkan untuk melahirkan kelas elit masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supermasi politik dan ekonomi pemerintah kolonial. Jadi secara tidak langsung Belanda telah memanfaatkan kelas aristokrat pribumi untuk melanggengkan status qou kekuasaan kolonial di Indonesia.

2.1.2    ZAMAN PENDUDUKAN INGGRIS (1811-1816)
Keadaan ekonomi yang  sangat sulit pada masa itu,kemudian semakin dipertajam dengan kewajiban untuk membayar pajak, sehingga rakyat harus bekerja lebih ekstra lagi agar kewajibannya dapat dipenuhi. Raffles lebih berminat dalam mengadakan penelitian untuk menelusuri kebudayaan Jawa dibanding dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pendidikan. Selama pemerintahan Raffles, sekolah-sekolah banyak yang tidak terurus dan mati dengan sendirinya karena pemerintahan pada masa itu tidak menganggarkan dana untuk pendidikan rakyat jajahan.

2.1.3    ZAMAN PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA (1816-1942)
Komisaris Jenderal pada masa tersebut cukup menaruh perhatian di bidang pendidikan. Terbukti setelah beberapa waktu berselang dari proses serah terima daerah jajahan dari pihak Inggris ke pihak Belanda, ia menunjuk CGC Reinwardt sebagai Direktur Pengajaran. Pada masa pemerintahannya yang terakhir, dikeluarkan peraturan persekolan yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai pengawasan dan penyeleggaraan pengajaran. Salah satunya adalah peraturan umum tentang pendidikan sekolah, yang berisi bahwa “Pendidikan hanya untuk orang Belanda saja”.Bahkan peraturan ini berlaku hingga tahun terakhir pemerintahan Gubernur Jenderal Van der Capellen.
Pada tahun 1817,didirikan sekolah dasar khusus untuk anak-anak dari golongan bangsa Belanda (Europee Lagere School ).Bahasa pengantar di sekolah-sekolah tersebut adalah bahasa Belanda dan sistem kurikulmnya disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di Belanda, agar tetap sinergis di berbagai daerah.
1.      Gubernur Jenderal Van der Capellen (1819-1826)
Pada masa awal pemerintahannya, Van der Capellen menerbitkan surat keputusan tertanggal 8 Maret 1819 yang berisi perintah untuk mengadakan pnelitian tentang pendidikan masyarakat Jawa dengan tujuan :
1)      Meningkatkan kemampuan baca tulis masyarakat.
2)      Memperbaiki pelaksanaan undang-undang dan peraturan pemerintah tentang pendidikan sesuai dengan hasil penelitian.

2.      Gubernur Jenderal LPJ Du Bus de Gissignes (1826-1830)
Gubernur Jenderal Du Bus yang diankat oleh raja Willem l untuk menggantikan Van der Capellen ini lebih menitik beratkan pada peningkatkan produksi ekspor sebagai dasar guna memajukan perdagangan dan pajak tanah dan tidak menampakkan kemajuan hasil ekspor. Sementara di bidang pendidikan, belum ditemukan.
3.      Gubernur Jenderal Van de Bosch (1830-1852)
Pada masa pemerintahannya, pencetus tanam paksa ini mulai menyediakan kesempatan untuk pendidikan anak-anak priyayi meskipun jumlahnya sangat sedikit sekali. Tentunya pemberian kesempatanuntuk memperoleh pendidikan tersebut tidaklah setulus kelihatannya, karena hal ini dilakukan dalam rangka menjalin hubungan baik dengan golongan priyayi di pulau Jawa. Pendirian sekolah bagi anak-anak Belanda dilakukan pada jenjang di atas sekolah dasar,sebagai contoh pendirian sekolah menengah di Surakarta pada tahun 1832.
Meskipun pada masa ini kebutuhan pendirian sekolah tinggi, realisasinya tidak didukung dengan pengadaan dana yang optimal. Kekurangan dana dalam bidang pendidikan disiasati dengan model magang. Anak-anak golongan priyayi ditempatkan magang sebagi pesuruh di rumah-rumah Belanda. Sambil bekerja, mereka diajarkan bahasa Belanda dan calistung.

4.      Gubernur Jenderal Rochussen (1848-1852)
Pada bulan September 1848 masa pemerintahan Gubernur Jenderal Rochussen, barulah terlihat komitmen pemerintah Belanda untuk mendirikan sekolah-sekolah dasar bagi penduduk pribumi dengan pengantar bahasa Melayu dan dengan diterbitkannya Dekrit Kerajaan yang mengatur pendirian Volksschool atau Sekolah Rakyat. Fokus pengajaran pada SR hanya sebatas pengajaran calistung dengan bahasa Melayu atau bahasa lokal penduduk setempat. Kebijakan pendidikan pada masa ini  tidak tulus untuk mencerdaskan penduduk negeri jajahan semata, pendidikan ini ternyata juga memuai kritik dari warga Belanda sendiri. Kritik Van Hoevell terhadap perkembangan sekolah rakyat (Inlanschesholen): “Pemerintah hanya menyiapkan beberapa gelintir manusia saja untuk menjalanka roda pemerintahan, tidak untuk memuaskan keinginan orang Jawa pada pendidikan”.

5.      Pemerintan Hindia Belanda Pada Pertengahan Hingga Akhir Abad 19M.
Secara umum,perkembangan pendidikan dan pengajaran sampai akhir abad ke-19 menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang dipolitisir, sebagaimana kebijakan–kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda berikut ini :
Pendidikan dan pengajaran harus bersifat netral dan tidak berdasarkan agama.Hal ini jelas dilakukan karena pengaruh aliran liberalisme yang sedang berkembang di Nederland.Lagipula, model pendidikan tradisional yang sudah ada seperti pesantren dan langgar, dianggap sangat sukar untuk diintegrasikan dengan pendidikan yang liberal. Sehingga untuk memojokkan pendidikan berbasis agama islam dilakukan Belanda dengan mengeluarkan peraturan yang rumit secara birokratis, tidak memberikan dukungan pendanaan dan mempercepat kenaikan status pegawai pangreh praja yang sekuler kebarat-baratan meskipun memeluk islam.
Bahasa Belanda tidak di ajarkan di sekolah-sekolah pribumi, dengan alasan untuk tetap melestarikan kebudayaan lokal dengan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah pribumi. Padahal kebijakan ini ditempuh karena ketakutan pemerintah Belanda bila penduduk jajahan mengetahui bahasa mereka,sehingga mereka akan mengetahui strategi kolonialisasi Belanda.
Pembukaan sekolah pribumi hanya didasarkan sebatas kebutuhan praktis pemerintah Belanda saja,misalnya untuk kebutuhan pegawai rendahan dan tidak untuk mencerdaskan penduduk jajahan. Pendidikan lebih dikhususkan  pada anak-anak golongan priyayi. Dengan kebijakn tersebut, diharapkan penduduk yang lebih rendah status sosialnya dapat mudah ditundukkan karena pemerintah Belanda telah memegang golongan priyayi yang merupakan kaum elit.
Sistem pendidikan yang dualistis pada masa ini juga membuat garis pemisah yang tajam antara dua subsistem: sistem sekolahan Eropa dan sistem sekolah pribumi.Tetapi pada tahun 1892 akhirnya dilakukan restrukturasi terhadap sistem persekolahan karena kebutuhan yang sangat besar terhadap pegawai rendahan yang bisa berbahasa Belanda, sebagaimana dijelaskan berikut :
·         Sekolah kelas satu (ongko sidji) atau eerste klasse untuk anak-anak golongan priyayi dengan pengajaran bahasa Belanda.
·         Sekolah kelas dua (ongko loro) atau tweede klasse untuk rakyat kebanyakan tanpa pengajaran bahasa Belanda.

2.1.4    PERIODE POLITIK ETIS (1900-1942)
Pada tahun 1899, seorang berkebangsaan Belanda, Van Deventer menulis sebuah artikel yang berjudul ‘Een Eereschuld’ (utang kehormatan) yang berisi kerisauan kaum intelektual Belanda terhadap dehumanisasi di Hindia Belanda yang terpengaruh kapitalisme sangat kuat. Begitu ironis karena Belanda pada masa tersebut telah menggembar-gemborkan dirinya sebagai bangsa yang humanis dan memiliki peradaban yang sangat tinggi, tetapi melakukan politik pengerukan keuntungan secara besar-besaran dengan sistem tanam paksa (1830) dan sistem liberal (1870). Diungkapkan pula oleh Van Deventer bahwa pemerintah Belanda berhutang pada penduduk Hindia Belanda lebih dari 187 juta gulden yang mana harus dibayarkan kembali dengan menyediakan anggaran khusus untuk peningkatan kesejahteraan mereka di segala bidang.
Munculnya artikel tersebut akhirnya memicu perubahan yang sangat drastis pada kebijakan – kebijakan pemerintah Belanda terhadap penduduk jajahan di Hindia Belanda, yaitu dengan dicanangkannya politik etis atau politik balas budi secara resmi pada tahun 1901 oleh ratu Belanda. Meski kerajaan Belanda terlibat sangat tulus dalam perubahan kebijakan di negeri jajahan melalui politik etis yang  terjadi di Hindia Belanda tidaklah demikian. Pasalnya,sistem yang diterapkan di Hindia Belanda masih tetap dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan kekuasaan kolonial dan tidak berupaya untuk mencerdaskan kehidupan penduduk jajahan semata.

2.1.5    Pendidikan Zaman Jepang
Meski zaman pendudukan Jepang di bumi nusantara sangatlah singkat, tetapi pengaruhnya bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia sangatlah besar. Tujuan pendidikan pada masa itu telah disisipi misi Nipponisasi dan juga upaya-upaya pemberdayaan bangsa Indonesia untuk membantu kepentingan perang jepang.Misi tersebut dilakukan dengan mendekati tokoh-tokoh kiai yang menjadi panutan umat islam agar dapat dijadikan sandaran politik mereka.
2.1.6    Pendidikan yang Diselenggarakan Kaum Pergerakan Kebangsaan (Pergerakan Nasional )
Pendidikan oleh pergerakan Kebangsaan (Pergerakan Nasional) sebagai sarana perjuangan kemerdekaan dan penyelenggarakan pendidikan nasional. Latar belakang sosial dan budaya timbulnya pergerakan nasional. Kebijakan pemerintah Belanda dalam bidang politik, ekonomi dan pendidikan sangat merugikan bangsa Indonesia.Pemerasan yang dilakukan oleh Belanda terhadap bangsa dan kekayaan Indonesia,telah menimbulkan penderitaan dan kemiskinan. Perbedaan kedudukan dan kehidupan yang mencolok antara bangsa Belanda dan bangsa Indonesia sangat nyata,baik dalam kedudukan social maupun pemberian gaji.
Kebijakan dan praktek yang diselenggarakan rakyat dan kaum pergerakan antara lain:
a.      R.A. Kartini, Rd. Dewi Sartika dan Rohanna Kuddus.
Sekalipun tinggal di daerah berjauhan, R.A. Kartini, Rd. Dewi Sartika dan Rohanna Kuddus menghadapi masalah yang relatif sama. Mereka melihat kepincangan dalam masyarakat dan ketidak adilan terhadap wanita, sehingga menghambat kemajuan kaum wanita. Mereka masing –masing berupaya memperjuangkan emansipasi wanita demi perbaikan kedudukan dan derajat kaum wanita untuk mengejar kemajuan melalui upaya pendidikan.
b.      Budi Utomo
Pada tahun 1908 Budu Utomo dalam kongresnya yang pertama (3-4 Oktober 1908) menegaskan bahwa tujuan perkumpulan itu adalah untuk kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa Indonesia,terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, dagang, teknik industri dan kebudayaan. Untuk itu Budi Utomo pada tahun 1913 mendirikan Darmo-Woro Studiefonds; dan mendirikan tiga Sekolah Netral di Solo dan dua di Yogyakarta pada tahun 1918 mendirikan Kweekschool di Jawa Tengah, kemudian Sekolah Guru Kepandaian Putri untuk Sekolah Kartini, enam Normal School dan sepuluh Kursus Guru Desa,dsb.

c.       Muhammadiyah
Pada tanggal 18 November 1912 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi perkumpulan Muhammadiyah di Yogyakarta. Didirikan dalam rangka memberikan pendidikan bagi bangsa Indonesia untuk mengatasi Kristenisasi dan untuk mewujudkan masyarakat islam yang melaksanakan ajaran Al-Qur’an dan Hadits sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W.
                                    Dasar dan Tujuan Pendidikan.
Pendidikan Muhammadiyah berdasarkan islam dan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits. Tujuan Pendidikan Muhammadiyah adalah membentuk manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya diri dan berguna bagi masyarakat.
                                    Penyelenggaraan Pendidikan
Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, di bawah pimpinan Majelis Pengajaran. Sekolah-sekolah itu disamping memberikan pendidikan agama islam, memberikan juga berbagai mata pelajaran seperti di sekolah-sekolah pemerintah.
d.      Perguruan Taman Siswa
Pada mulanya Ki Hajar Dewantara (1889-1959) bersama rekan- rekanya berjuang di jalur politik praktis,selanjutnya mulai tahun 1921 perjuangan difokuskan di jalur pendidikan. Hal ini Beliau lakukan mengingat Departemen Pengajaran Pemerintah Belanda bersikap diskriminatif mengenai hak dan penyelenggaraan pendidikan bagi bangsa kita.
Menurut Ki hajar Dewantara penjajahan tidak akan lenyap jika dilawan dengan pergerakan politik saja. Melainkan harus dipentingkan penyebaran benih hidup merdeka di kalangan rakyat dengan jalan pengajaran yang disertai pendidikan nasional. Pada tanggal 3 juli 1992 di Yogyakarta Ki Hajar Dewantara mendirikan “National Onderwijs Institut Taman Siswa” yang kemudian menjadi “Perguruan Nasional Taman Siswa”.
                                    Tujuan Pendidikan.
Tujuan Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah memberi kesempurnaan hidup lahir batin sebagai satu-satunya untuk mencapai hidup selamat dan, baik bahagia sebagai individual maupun sebagai anggota masyarakat.
                                    Metode Pendidikan.
Dalam pelaksanaan pendidikan tersebut berpedoman pada semboyan “Ing ngarso sung tulodo,Ing madya mangun karsa,Tut wuri handayani.Semboyan tersebut mempunyai arti kalau pendidik berada di muka,dia harus memberi teladan kepada anak didiknya,Jika pendidik berada di tengah,pendidik harus memberikan semangat,berswakarya dan berkreasi pada anak didik,Ketika pendidik berada di belakang,pendidik megikuti dan mengarahkan peserta didik agar berani berjalan ke depan dan sanggup bertanggung jawab.Dengan kata lain,seorang pendidik atau pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,menuntut dan membimbing anak didiknya.
2.2       PENDIDIKAN PADA MASA KEMERDEKAAN
Perkembangan Pendidikan semenjak kita mencapai kemerdekaan memberikan gambaran yang penuh dengan kesulitan. Pada masi ini,usaha penting dari pemerintah Indonesia pada permulaan adalah tokoh pendidik yang telah berjasa dalam zaman kolonial menjadi menteri pengajaran. Dalam kongres pendididikan Menteri Pengajaran dan Pendidikan tersebut membentuk panitia perancang RUU mengenai pendidikan dan pengajaran. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk sebuah sistem pendidikan yang berlandaskan pada ideologi Bangsa Indonesia sendiri. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk menciptakan warga Negara yang sosial,demokratis,cakap dan bertanggung jawab dan siap sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk Negara.
2.3       SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA PADA MASA ORDE BARU  1966-1998
Pembangunan di bidang pendikan mempunyai dua fungsi dalam keseluruhan kerangka pembangunan Ekonomi :
1.                  Mengusahakan agar kesempatan mendapatkan pendidikan menjadi terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
2.                  Meningkatkan secara berangsur-angsur kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan yang bermutu.

·         Kurikulum 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengemban moral, kecerdasan, emosional dan jasmani.

·         Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, moral, budi pekerti dan agama. Isi pendidikan ini adalah megarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

·         Kurikulum1975
Kurikulum 1975 berdasarkan pada tujuan untuk menganut integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan yang lebih integrative.Menekankan pada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

·         Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan isi pelajaran.


·         Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang no.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap di harapkan dapat member kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.

























            BAB III
PENUTUP

3.1       SIMPULAN
3.1.1    Meskipun dalam keadaan terjajah, upaya meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia melalui pendidikan selali diupayakan baik secara individual maupun lewat organisasi. R.A Kartini, Dewi Sartika, Rohana Kuddus, Budi Utama, Muhammadiyah,Perguruan Taman Siswa,merupakan sebagian anak bangsa dan organisasi sosial keagamaan yang berjuang demi kualitas anak bangsa.
3.1.2    Peningkatan mutu pendidikan umum dilaksanakan melalui peningkatan mutu guru dan peningkatan mutu kurikulum. Kurikulum 1968 bertujuan bahwa peningkatan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat  jasmani,mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,moral,budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1975 menganut pendekatan sistem instruksional (PPSI). Kurikulum 1975 pada sekolah menengah pertama dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :
1)   Pendidikan Agama,Pendidikan Moral Pancasila,Olah Raga dan Kesehatan.
2)   Pendidikan Kesenian
3)   Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Bahasa Inggris,Ilmu pengetahuan Sosial,Matematika,Ilmu Pengetahuan Alam dan Pendidikan Keterampilan.
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)   Berorientasi pada tujuan Instruksional.
2)   Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melaui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
3)   Materi pelajaran dikemasdengan menggunakan pendekatan spiral.
4)   Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum1994,di antara-
nya sebagai berikut :
1)   Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2)   Kurikulum 1994 bersifat populis.
3)   Dalam pelaksanaan kegiatan,guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar.
4)   Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan konsep atau pokok bahasan.
5)   Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak.
6)   Dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
7)   Pelaksanaan kurikulum diperlukan sebagai petunjuk khusus. 


DAFTAR PUSTAKA
Sundari, dkk. 2011. Landasan Pendidikan. Surakarta : UMS.
Najamuddin. 2005. Perjalanan Pendidikan Di Tanah Air (Tahun 1800-1945). Bandung : Rineka Cipta.
Rickfles,MC. 2001. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : Serambi.
Supriyadi, Dedi, dkk. 2003. Guru di Indonesia : Pendidikan, Pelatihan, dan Perjuangan sejak Zaman
           Kolonial hingga Era Reformasi. Jakarta : Depdikbud.










                                                           

ANTROPOLOGI BUDAYA


ANTROPOLOGI BUDAYA

PENGERTIAN ANTROPOLOGI BUDAYA
            Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu : antropolgi dan budaya atau kebudayaan. Istilah Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia ; dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia. Ilmu, Antropologi atau ilmu tentang manusia ini dapat dibagi – bagi lagi menjadi dua anak cabang yaitu antropologi ragawi (fisik) dan antropologi budaya. Antropologi ragawi mempelajari raga atau segi – segi jasmani manusia. Sedangkan Antropologi budaya mempelajari segi – segi kebudayaan manusia. Antropologi budaya sendiri dibagi lagi menjadi tiga anak cabang ilmu, yaitu etnolinguistik, prehistori dan etnologi.

OBYEK KHUSUS PENYELIDIKAN ANTROPOLOGI BUDAYA
            Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri. Segi – segi tersebut masing – masing menjadi obyek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh ilmu tertentu. Sedangkan manusia dengan segala seginya tersebut merupakan obyek umum yang dipelajari atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi yang membedakan antropologi budaya dari ilmu lain yang juga mempelajari masalah manusia, ialah obyek khusus yang diselidikinya. Antropologi budaya yang obyek khusus penyelidikannya ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak – anak cabang ilmunya. Bahkan antropologi budaya dengna anak – anak cabang ilmunya itu juga harus berhubungan dengan ilmu – ilmu lain seperti sosiologi,sejarah, ilmu hukum , geografi,ekologi dan sebagainya.

KEGUNAAN ANTROPOLOGI BUDAYA
                Kegunaan antropolgi budaya adalah untuk menunjukkan perbedaan dan persamaan dalam berbagai hal yang terdapat pada berbagai suku bangsa atau bangsa di dunia ini. Dalam kehidupan sehari – hari kita dapat dengan mudah melihat hal – hal yang berbeda sedangkan hal – hal yang sama atau bersamaan sulit atau bhkan tidak dapat diketahui.
            Antropolgi budaya juga dapat membantu membentuk kehidupan bersama yang bersahabat antara berbagai suku bangsa di dunia ini,selain itu Antropolgi budaya dapat membantu pembangunan masyarakat pedesaan,dapat membantu membantu memajukkan suku bangsa – suku bangsa yang masih hidup terasing di daerah – daerah pedalaman dan banyak ketinggalan dalam berbagai hal.


KEBUDAYAAN

PENGERTIAN KEBUDAYAAN
            Menurut antropologi budaya yang dimaksud dengan kebudayaan adalah kebudayaan itu tidak hanya berupa benda – benda hasil kesenian dan bermacam – macam bentuk kesenian saja. Tetapi juga sikap, tingkah laku manusia, cara berfikir, pandangan hidup, peneliaian tentang baik buruk, semua itu termasuk pengertian kebudayaan. Secara singkat dan sederhana antropologi budaya memberi arti istilah – kebudayaan sebagai cara orang bersikap dan bertingkah laku yang di pelajari yang sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat beserta hasil – hasilnya.

SEGI KEBUDAYAAN
            Kebudayaan sebagai cara bertingkah laku yang dipelajari beserta hasil – hasilnya itu dapat tampak nyata dan dapat tidak tampak nyata. Misalnya cara orang berjalan, cara orang membuat barang – barang, semua itu jelas tampak oleh kita. Demikian pula pensil,bolpoint,radio,pesawat televisi,semua itu hasil kebudayaan yang tampak nyata juga. Tetapi ada cara – cara berbuat atau berkelakuan tang hasilnya tidak dapat dilihat secara langsung. Misalnya cara berfikir adalah suatu tindakan atau perbuatan dengan cara – cara tertentu yang dipelajari lebih dahulu. Tetapi kita tidak dapat melihat cara orang berfikir. Hasil – hasil berfikir itu adalah ilmu pengetahuan. Ini pun sebetulnya tidak dapat dilihat secara langsung atau dapat dilihat hanya dengan melalui benda – benda hasil ilmu pengetahuan itu.

UNSUR – UNSUR KEBUDAYAAN
            Para ahli antropologi budaya membagi – bagi kebudayaan menjadi unsur – unsur berikut :
1.      Alat perlengkapan hidup manusia,seperti pakaian, rumah, alat – alat rumah tangga, senjata – senjata, alat – alat angkutan dan sebagainya
2.      Mata pencaharian hidu[p,seperti bercocok tanam,berternak,berburu,berdagang dan sebagainya
3.      Pranata masyarakat,seperti hukum,aturan perkawinan,peraturan keanggotaan kekerabatan dan sebagainya
4.      Bahasa,baik lisan maupun tulisan
5.      Kesenian,baik seni rupa,suara,drama,seni gerak
6.      Ilmu pengetahuan
7.      Religi
KEUTUHAN (INTEGRASI) KEBUDAYAAN
            Telah dikatakan,bahwa unsur kebudayaan itu banyak sekali jumlah maupun macamnya. Dan diantara sekian banyak unsur kebudayaan itu ada sejumlah unsur yang bersifat universal. Akan tetapi sebetulnya unsur – unsur kebudayaan itu sama lain saling berhubungan. Dengan demikian gambaran tentang kebudayaan suatu suaku bangsa atau bangsa tertentu tampak utuh, tidak terpecah – pecah. Kita ambil contoh keris. Keris adalah hasil kebudayaan orang jawa. Keris ini ternyata mempunyai hubungan dengan kepercayaan. Orang Jawa percaya bahwa ada keris yang mengandung kekuatan – kekuatan gaib yang dapat berpengaruh kepada kehidupan pemiliknya.
PROSES PEMBENTUKAN KEBUDAYAAN
                Terjadinya suatu unsur kebudayaan itu dapat melalui “discovery” (penemuan ) dan dapat pula melalui “invention” (pendapatan). Discovery adalah penemuan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada. Discovery merupakan penemuan yang terjadi secara tidak sengaja atau kebetulan. Sebagai contoh ialah penemuan kertas mengisap tinta.
            Pada zaman dahulu untuk meringankan tulisan dengan tinta dipakai pasir yang sangat halus. Pasir halus tersebut ditaburkan di atas kertas bertulis dengan tinta,kemudian ditiup. Maka keringkanlah tulisan tadi. Sekarang kita memakai kertas pengisap untuk mengeringkan tinta.
            Contoh suatu invention adalah Nenek mopyang Maori berasal daroi daerah tropika. Mereka lalu berpindah ke daerah sub tropika yaitu ke Selandia Baru. Di daerah asal mereka, pakain mereka diibuat dari kulit pohon murbai. Setelah mereka tiba di Selandia baru mereka tidak lagi dapat membuat pakain dari bahan kulit pohon murbai,karena di Selandia baru tidak ada pohopn murbai. Orang Maori mencoba – coba menggunakan bermacam – macam kulit pohon kayu yang tumbuh di Selandia baru. Tetapi ternyata tidak ada yang cocok untuk bahan pakaian. Akhirnya dicobalah hannep. Ternyata untuk dijadikan bahan pakaian hennep ini tidak perlu dipukul – pukul,
            Serat hennep bagus sekali untuk dianyam dijadikan bahan pakaian. Orang maori lalu membuat pakaian dari anyaman hennep. Jadi dengan sengaja yaitu dengan mencoba – coba beberapa kali akhirnya ditemukan suatu  unsur dari kebudayaan. Dapat dikatakan, bahwa invention merupakan usaha sungguh – sungguh untuk memperoleh hal – hal baru.
FAKTOR – FAKTOR PEMBENTUK KEBUDAYAAN
            Sudah barang tertentu penemuan suatu unsur kebudayaan secara sengaja itu memerlukan syarat – syarat tertentu. Antara lain adalah orang yang memikirkan, merancang, melaksanakan pembuatan suatu unsur baru itu harus mempunyai pengetahuan kebudayaan, sudah yang luas dan dalam.
            Disamping apa yang tersebut di atas,masih ada faktor – faktor lain seperti suasana dan lingkungan alam fisik. Dalam suasaana yang terang dan tenteram,atau sebaliknya orang mudah terangsang untuk berfikir kreatif. (Dalam waktu yang serba sulit penuh pergolakan juga mendorong orang untuk berfikir kreatif ). Denagn demikian mendorong timbulnya kebutuhan atau keinginan akan barang atau hal yang baru. Mengenai pengaruh alam fisik kepada pembentukan unsur kebudayaan , sudah dikemukakan di atas tentang pembuatan pakain orang maori. Yang juga tidak kurang pentingnya ialah faktor penerimaan masyarakat.
KEANEKARAGAMAN KEBUDAYAAN
            Dalam percakapan sehari – hari kita sudah biasa mendengar atau bahkan mengatakan sendiri sebutan ,seperti kebudayaan Indonesia,Jepang, India,Arab dan sebagainya. Semua sebutan itu menunjukkna kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa yang bersangkutan. Di Indonesia sendiri kita biasa menyebut kebudayaan Aceh ,Batak ,Minagkabau, Jawa,Bugis,Bali, dan sebagainya. Semua sebutan itu menunjukan kebudayaan yang dimiliki oleh suku bangsa – suku bangsa di Indonesia. Perlu diingat bahwa karena hubungan lalu lintas sekarang sudah sedemikian lancarnya,maka perbaharuan antara berbagai suku bangsa dalam pergaulan hidup sudah terjadi dimana – mana. Hal ini berarti bahwa kebudayaan berbagi suku bangsa Indonesia sudah banyak yang saling bercampur.
            Proses perbaharuan kebudayaan antara suku bangsa Indonesia ini pada akhirnya tidaklah mustahil kalau sebutan – sebutan seperti kebudayaan Toraja, Dayak dan sebagaianya menjadi hilang ,sehinggan yang ada hanya sebutan kebudayaan Indonesia tanpa menunjukkan unsur kebudayaan suatu bangsa tertentu. Ada lagi penyebutan kebudayaan menuryt mata [encaharian masyarakatanya. Misalnya orang menyebut kebudayaan masyarakat peternak dan sebagainya. Dengan singkat bermacam – macam sebutan kebudayaan sperti di atas itu menunjukkan bahwa kebudayaan itu beraneka ragam.
PENGGOLONGAN KEBUDAYAAN
            Penggolongan kebudayaan suku bangsa – suku bangsa Indonesia juga sudah dilakukan oleh para ahli. Ada anggapan bahwa kebudayaan daerah pulau – pulau Indonesia yang besar – besar yati Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan lain – lain pulau dari Nusa Tenggara sampai kira – kira pulau Flores, terpengaruh oleh kebudayaan asing yang datang dari Asia . Sedangkan kebudayaan daerah pulau – pulau sebelah timur Sulawesi dan Sumbawa, yaitu kepulauan Maluku Utara,Maluku Selatan dan Kepulauan Timor terpengaruh oleh kebudayaan asing yang datang dari Irian dan Malanesia. Jadi menurut anggapan ini kebudayaan Indonesia itu dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan kebudayaan Indonesia bagian barat dan golongan kebudayaan Indonesia bagian Timur. Pembagian ini berdasarkan asal kebudayaan asing yang mempengaruhi kebudayaan daerah – daerah kepulauan Indonesia.

DINAMIKA  KEBUDAYAAN
PROSES PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Faktor – faktor pendorong perubahan kebudayaan dapat dibagi atas :
a)      Faktor – faktor dari dalam kebudayaan masyarakat itu sendiri (faktor – faktor intern) yaitu penemuan (discovery) dan pendapatan ( invention )
b)      Faktor – faktor dari luar kebudayaan masyarakat tersebut (faktor – faktor ekstern) yaitu difusi kebudayaan,akulturasi dan asimilasi.
PENEMUAN DAN PENDAPATAN
            Pada bagian pembicaraan terbentuknya kebudayaan, penemuan dan pendapatan telah diuraikan. Pada bagian ini keduanya disinggung pula,karena hal – hal tersebut merupakan pula pendorong perubahan kebudayaan. Di bagian muka telah disebutkan bahwa dengan penemuan dan pendapatan terjadilah suatu unsur kebudayaan baru, yang mendorong untuk perkembangan selanjutnya.
DIFUSI KEBUDAYAAN
            Perubahan kebudayaan terjadi pula dengan adanya difusi kebudayaan. Difusi kebudayaan merupakan penyebaran sesuatu unsur kebudayaan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Sebenarnya difusi terjadi pula di dalam lingkungan satu masyarakat (difusi intra masyarakat), tetapi yang lebih banyak mendapati perhatian di dalam antropologi ialah difusi yang berlangsung dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain (difusi inter masyarakat)
            Difusi kebudayaan berlangsung melalui berbagai bentuk yang berlainan, misalnya melaui perpindahan bangsa – bangsa pada zaman dahulu atau melalui perseorangan seperti pedagang , pelaut dan penyebar agama. Difusi kebudayaan dapat pula berlangsung diantara dua kelompokk masyarakt yang tinggal bertetangga.
            Cara suatu unsur kebudayaan masuk dalam suatu kebudayaan masyarakat penerima juga terjadi dengan berbagai macam. Pertama dapat dengan jalan damai dan memajukkan kebudayaan penerima (penetration pacifique). Yang kedua melalui jalan peperangan dan penjajahan,misalnya sehingga masuknya dengan cara merusak dan dapat menimbulkan gangguan pada kebudayaan masyarakat yang dijajah (penetration violente). Cara yang ketiga dalah dengan jalan hidup berdampingan tanpa saling merugikan malahan mungkin menguntungkan (syimbiotic),seperti dapat terjadi pada suku – suku bangsa atau bangsa yang hidup bertetangga dan hidup berdampingan.
AKULTURASI
            Perubahan kebudayaan dapat berlangsung dengan terjadinya proses akulturasi. Akulturasi akan terjadi  apabila suatu unsur kebudayaan tertentu dari masyarakat satu berhadapan dengan unsur – unsur kebudayaan dari masyarakat lain,sehingga lambat laun unsur – unsur kebudayaan asing itu diserap ke dalam kebudayaan penerima tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan penerima.
            Mengingat bahwa akulturasi akan terjadi apabila dua kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaannya berhadapan satu sama lain,maka tidaklah sukar untuk kiranya untuk mengatakan bahwa akulturasi sudah berlangsung sejak zaman dahulu sekali, dan juga terjadi di antara bansa mana saja. Tetapi karena pengaruhnya dalam proses akulturasi itu ialah masuknya unsur – unsur kebudayaan Eropa dan Amerika Serikat maka seringkali akulturasi diartikan sebagai terpengaruhnya kebydayaan bangsa – bangsa di Asia, Afrika dan tempat lainnya di luar Eropa –Amerika Serikat oleh masuknya unsur – unsur kebudayaan Eropa Amerika Serikat. Bahkan seringkali pula diartikan sebagai terpengaruhnya kebudayaan masyarakat sederhan oleh unsur – unsur kebudayaan Eropa – Amerika Serikat.
            Hal tersebut diatas mudah di pahami karena sampai belum lama berselang, orang- orang Eropa dan Amerika Serikat bertebaran hampir ke seluruh penjuru dunia.Banyak negara di Eropa tersebut akhirnya justru menjadi penjajah dio wilayah – wilayah Asia-Afrika dan daerah lainnya. Karena itulah tidak mengherankan apabila proses akulturasi merupakan bahan penyelidikan mereka yang penting. Mereka sebagai penjajah sudah barang tentu ingin menanamkan kekuasaanya agar lebih kokoh,teratur dan mantap.
ASIMILASI
            Asimilasi merupakan proses lebih lanjut proses akulturasi. Akulturasi pada dasarnya merupakan proses penerimaan dan peminjaman hal baru kebudayaan yang satu oleh yang lain. Dengan sendirinya akulturasi mendekatkan kedua kelompok yang berhadapan itu. Hanya tidak selamanya menimbulkan pemesraan antara keduanya. Dalm proses akulturasi peristiwa saling mendekati itu tidak lengkap. Asimilasi akan terjadi pada kelompok masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda, hidup berdampingan, sehingga anggota dari kelompok tadi dapat bergaul sesamanya secara langsung dan akrab dalam waktu yang lama, yang memungkinkan kebudayaan kelompok tersebut saling berusaha mendekati satu sama lain dan lambat laun menjadi satu. Jadi, dalam proses asimilasi terjadi unsur – unsur kebudayaan baru yang tidak serupa dengan unsur – unsur lama.
            Proses asimilasi rupa-rupanya tidak selamanya berlangsung dengan mudah. Untuk itu diperlukan bebrapa syarat di antaranya adanya saling menghargai dan rasa tenggang rasa. Sedangkan penghalang asimilasi di antaranya ialah :
a)      Kurang mengenal kebudayaan fihak lain
b)      Rasa takut atau curiga terhadap kebudayaan fihak lain
c)      Perasaan diri lebih unggul terhadap fihak lain.


Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1981."Antropologi Budaya".Jakarta :PT. Rora Karya.